Low Risk Smoking

Selamat datang di blog yang sangat membantu Anda memahami rokok herbal yang saat ini telah banyak membantu orang mendapatkan SOLUSI MEROKOK DENGAN ROKOK

Minggu, 24 Agustus 2014

TERAPI UNIK BERHENTI MEROKOK


Bahaya rokok, secara umum sudah sangat diketahui masyarakat luas. Penyakit akibat rokok seperti kanker, jantung atau impoten tidak asing di dengar karena di setiap bungkus rokok ada jenis penyakit itu di tuliskan. Saking bahayanya, bahkan saat ini, tulisan pada kemasan rokok telah di ubah dengan kalimat mengerikan : “rokok membunuhmu”

Bahaya rokok pada umumnya di sebabkan kandungan nikotin yang dihasilkan oleh pembakaran tembakau. Kadar nikotin bervariasi pada tiap rokok, tergantung pada jenis dan komposisi tembakau pada setiap batang rokok. Semakin besar kadarnya, semakin besar dampak yang di akibatkannya.
Pada kenyataannya, banyak orang yang ingin berhenti merokok, namun tidak mampu melakukannya. Pengakuan banyak para perokok, mereka sangat ingin berhenti, namun sulit sekali melakukannya. 

Menurut para ahli, hal ini disebabkan oleh kecanduan terhadap nikotin. Para perokok mempunyai ketergantungan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan nikotin dari dalam dirinya. Oleh karena itu, muncullah ide untuk memenuhi kebutuhan nikotin tanpa melalui rokok. Dalam laman Boldsky, ada beberapa terapi pengganti nikotin yang sudah sangat familiar di berbagai negara maju, antara lain melalui beberapa cara berikut ini :

Permen Karet

Saat permen karet nikotin ini kita kunyah maka nikotin yang masih menempel di mulut kita akan terserap. Hal lain, saat ada keinginan merokok, permen ini juga dapat dijadikan pengganti, karena rasa nikotin pada permen ini dapat menggantikan rasa nikotin pada rokok namun nikotin tersebut tidak masuk ke paru-paru, melainkan ke lambung, sehingga tidak membahayakan.

Koyo Nikotin


Cara pakai koyo ini sama saja saat kita menggunakan koyo pada umumnya, yaitu dengan menempelkan koyo nikotin ini di permukaan kulit. Secara bertahap, koyo ini menyerap kadar nikotin pada darah, lalu juga dapat mengurangi keinginan merokok. Penggunaannya dapat dilakukan berpindah, agar tidak terjadi iritasi pada kulit.

Tablet Nikotin

Hal yang sama secara fungsi dengan permen, yaitu tablet nikotin juga bagaimana mengurangi rasa ingin merokok dan menetralkan kadar nikotin pada darah. Bedanya dengan permen adalah pada cara pakai, yaitu dengan di telan sebagaimana kita menelan tablet obat.

Inhaler Nikotin

Saat ada rasa ingin merokok, maka ambillah inhaler ini, lalu hiruplah. Saat inhaler di hirup udara akan mengubah nikotin menjadi uap untuk menghilangkan kandungan rokokyang berbahaya seperti nikotin, tar dan karbonmonoksida.

Semprotan Nikotin

Penggunaan semprot ini, dapat dilakukan melalui mulut atau hidung, dengan menyemprotkannya lalu di hirup. Hasilnya sangat membantu para perokok menahan rasa ingin merokok.

By : Team Rokok Herbal

Jumat, 22 Agustus 2014

BAGAIMANA CARA BERHENTI MEROKOK



Biasanya, perokok baru sadar mau berhenti merokok kalau sudah ada dampak yang dirasakan dan itu harus pula yang sangat bernahaya, misalnya sakit jantung nya kambuh, dan menurut dokter itu akan sangat berbahaya kalau melanjutkan kebiasaan merokok. Karena jika hanya gangguan kecil, seperti sesak nafas, hahahaha, itu mah nggak akan di anggap sama perokok.

Pengalaman saya soal ini dari teman saya, setelah di periksa dokter, lalu dokternya bilang gini : jantung bapak sangat kritis saat ini, jadi silahkan lanjutkan merokok jika mau segera meninggal”. Hehehe, ngeri kali nasehatnya khan? Para dokter punya banyak pengalaman dengan para perokok, yang jika hanya nasehat “biasa”, nggak akan di gubris para perokok. Hanya akan di anggap angin lalu saja.   

Soal bagaimana berhenti merokok, sudahlah, nggak usah cari tips atau cara apapun, kalau niat mau berhenti hanya setengah-setengah, PERCUMA, titik. Jadi dibutuhkan kemauan yang sangat kuat dari sang perokok sendiri. Ingat, yang bisa mengendalikan diri Anda, ya hanya Anda sendiri.

Lalu, kalau sudah kuat kemauan, maka lanjutkan dengan cara tambahan, seperti mengumumkannya kepada handai tolan agar kita malu memulai merokok lagi, siap makan cari kesibukan, jangan mulai satu batangpun, dan lain-lain.

Lalu, kalau tak bisa juga, masih mau juga merokok, tak juga bisa dihentikan, maka ada cara yang paling “smart”, yaitu beralhi ke www.rokokherbal.com

Berdasarkan pengalaman ribuan orang, hasilnya adalah sangat berbeda dari merokok rokok biasa, yaitu tidak terlalu kuat dampaknya, karena rendah nikotin, bahannya alami dan tembakaunya pun sangat sedikit. Bahan yang paling banyak adalah sirih, kayu siwak, daun teh hijau, madu dan lain-lain.
Jika Anda berminat mencoba rokok herbal, hubungi 0813-9678-5991 (sms atau telpon silahkan)

Rabu, 20 Agustus 2014

VISI ROKOK HERBAL

Sejatinya, awal ide rokok herbal adalah rokok dengan bahan murni herbal tanpa bahan kimia seperti rokok pada umumnya. Hal ini di semisal perbedaan membakar ikan dengan bahan kayu dan plastik. Bisa dibayangkan hasil pembakarannya.

Ikan yang dibakar dengan kayu, tentunya akan lebih rendah resiko teracuni dibanding dibakar dengan bahan plastik. Mengapa? Karena kayu unsurnya bebas dari kimia sintetik, sementara platik terbuat dari kimia sintetik.

Rabu, 10 Oktober 2012

Divine Kretek, Rokok Sehat Bagi Penderita Penyakit Degeneratif


JAKARTA- Baru-baru ini Kelompok Studi Nano Sain Universitas Brawijaya Malang telah melakukan studi dampak positif asap rokok kretek melalui proses peluruhan radikal bebas yang dinamakan Divine Kretek.

Riset ini dilakukan Guru Besar Biologi Sel Universitas Brawijaya Malang, Profesor Dr. Sutiman B. Sumitro, bersama ahli Kimia-Fisika senior Dr. Gretta Zahar dan tim yang terdiri dari ahli bidang kedokteran, Kimia dan Fisika.

"Divine Kretek telah berhasil membantu memperbaiki kualitas hidup penderita berbagai penyakit degeneratif seperti kanker, stroke, altsheimer, gagal ginjal, hepatitis, spasmophile, myastemia, autism, cerebal palsy, dan down syndrom," kata Profesor Dr. Sutiman B. Sumitro dalam media gathering di Jakarta, Senin (7/2/2011).

Sutiman percaya, Divine Kretek temuannya itu dapat mengendalikan bahaya radikal bebas dan logam merkuri yang terkandung dalam darah. "Tim kami dapat mentrasformasikan rokok beracun menjadi rokok berasap sehat, tidak berbau, dan ramah lingkungan melalui Divine Kretek," ujarnya.

Selain itu, lanjutnya serangkaian uji coba terhadap kelompok hewan serta relawan perokok telah dilakukan. Asap ini diduga kuat mempercepat proses detoksifikasi karena mampu memperkecil racun tubuh pada skala nano (sepersemiliar meter). "Dalam bentuk nano, racun dapat keluar dari jaringan tubuh dan kulit tanpa merusak sehingga tidak meninggalkan bekas luka," ungkapnya.

Penemuan ini, menurut Sutiman, tentu dapat memberikan angin segar bagi dunia kedokteran internasional. Memakai pendekatan berfikir Nano Sain dengan membangun konsep hubungan berbagai penyakit ini dengan kadar logam Hg+metal yang ada dalam tubuh. Unsur-unsur tersebut merupakan penyebab utama munculnya berbagai penyakit yang sulit dikendalikan.

"Sebagai hasil karya ilmiah, maka penemuan ini semestinya dapat memandu pengembangan penelitian lanjut di dunia kedokteran terhadap berbagai komponen tembakau dan cengkeh pada rokok kretek Indonesia," imbuhnya. (rfa)(Iman Rosidi/Trijaya/rhs)

Selasa, 09 Oktober 2012

TEKNOLOGI NANO PADA ROKOK HERBAL



Berita Utama Suara Merdeka (Cyber News)
19 September 2011
Terapi Divine Kretek untuk Kanker (1)

Dokter Singapura pun Sempat Menyerah
Kanker adalah penyakit yang mematikan. Biaya mahal dan pengobatan yang menyakitkan, seringkali membuat orang kehilangan harapan. Dokter Greta Zahar dkk mencoba mengembangkan metode pengobatan alternatif yang unik. 

KELUARGA Agustinus Imam Istiyanto (61) kini agak berlega hati. Mereka gembira melihat perkembangan kesehatan Imam yang menunjukkan tanda-tanda membaik.
Dosen Teknik Industri ITB itu mengikuti terapi balur dan divine kretek di Rumah Balur yang dikelola Dr Greta Zahar (72) di Jl Otista, Jakarta Timur, mulai 11 Agustus lalu.

Pada Oktober 2010, Imam Istiyanto diketahui menderita kanker  jenis Merkel Cell Carcinoma yang dikenal ganas. Upaya pengobatan kemoterapi dilakukannya hingga ke Singapura. Namun dokter di negeri jiran itu menyerah. Keluarga Imam tak mau berhenti mencoba. Pengobatan pun dilanjutkan ke China. Ternyata di Negeri Tirai Bambu itu, juga tidak muncul harapan.

”Pulang dari China akhir Juli lalu, kondisinya menyedihkan. Kakak saya nggak bisa menelan makanan karena mulutnya penuh sariawan. Dia harus diinfus. Levernya bengkak karena bekerja keras menetralisasi kemoterapi. Tubuhnya sangat lemah. Dia sudah benar-benar pasrah,” kata Christiana Retnaningsih, adiknya, yang dosen Unika Soegijapranata itu.
Pada 22 Juli 2011, Retnaningsih mengikuti bincang-bincang Redaksi Suara Merdeka  dengan Prof Dr Sutiman B Sumitro, ahli biologi molekuler  dari Universitas Brawijaya Malang tentang terapi asap kretek (dinamai divine kretek) dan balur untuk penyembuhan kanker.
Terapi ini ditemukan dan dikembangkan oleh Dr Greta Zahar, ahli fisika nuklir lulusan Jerman. Dalam forum itu, Prof Sutiman memberikan latar belakang sainsnya dari terapi balur dan asap divine kretek tersebut.
Banyak orang yang telah terselamatkan dengan metoda tersebut. Termasuk istri Prof Sutiman, Tintrim Rahayu, yang terkena kanker payudara stadium tinggi dan dua kali operasi.
Orang penting lain yang tersembuhkan adalah dr Subagyo, ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Malang. Istri Subagyo, yaitu dokter Saraswati, kini satu tim dengan Prof Sutiman dan Dr Greta mengembangkan terapi balur dan divine kretek untuk mengatasi kanker dan berbagai penyakit lainnya.

Retnaningsih merasa beruntung bisa ikut forum di Suara Merdeka. Dari acara itu, dia pun mendapat undangan untuk ikut seminar hari berikutnya, di mana Prof Sutiman dan dr Saraswati tampil di forum yang diikuti banyak dokter dan ahli.
”Saya beruntung sekali karena di forum itu saya bisa berdekatan dengan Ibu Tintrim Rahayu sehingga bisa menggali cerita penderitaannya dan kesembuhannya,” kata Retnaningsih.
Cerita, pengetahuan baru, dan bahan-bahan seminar yang dia dapat itu dikirimkan ke kakaknya di Bandung. Dia merasa senang kakaknya akhirnya mengikuti terapi di rumah balur Dr Greta.

”Pada hari kelima terapi, kondisi kakak saya sudah agak membaik. Perutnya mengecil. Dia sudah bisa jalan agak lama dan menikmati makanan kesukaannya, soto. Sikapnya lebih optimistik dan rasa humornya sudah mulai muncul,’’ aku Retnaningsih.
”Kemarin dia cerita ikut bersih-bersih kamarnya untuk menghilangkan kejenuhan, tapi sambat masih gampang lelah,” kata Retnaningsih,
Dosen Unika yang saat ini mengikuti program doktoral di Fakultas Kedokteran Undip itu menilai, kemajuan yang didapat kakaknya tergolong luar biasa dibanding kondisi awal Agustus lalu. ”Namun jalan yang harus ditempuh masih panjang. Harus sabar dan tetap memelihara harapan,” katanya.

Terapi untuk penyembuhan kanker yang dilakukan di rumah balur itu mengombinasikan tiga cara, yakni balur, asupan asap divine kretek, dan asupan asam amino. Fungsinya untuk meluruhkan dan mengeluarkan radikal bebas, yang menjadi sumber penyakit, dari dalam tubuh penderita,
”Jika penyebabnya sudah bisa diatasi, kita percaya sistem tubuh pemberian Tuhan yang sangat kompleks ini akan melakukan recovery dengan sendirinya,” kata Prof Sutiman.
Menurut Ketua Lembaga Peluruhan Radikal Bebas Malang dr Saraswati, radikal bebas adalah senyawa kimia aktif dalam fase gas dan bermuatan listrik. Jika jumlahnya terkendali, ia bermanfaat untuk menjalankan proses kehidupan.

Sebaliknya, jika dalam keadaan berlebihan, radikal bebas dapat mengganggu dan menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker, diabetes, autis, rematik, alergi, dan sebagainya.
Kelebihan radikal bebas itu bisa terjadi, lanjut dr Saraswati, karena proses penuaan, infeksi penyakit, makanan yang kurang seimbang (banyak karbohidrat dan lemak), menghirup udara yang tercemar, mengonsumsi makanan yang terkontaminasi radiasi, serta kemoterapi.

Paling Berbahaya

Secara sederhana, Saraswati menjelaskan, jika kelebihan radikal bebas itu menghantam DNA, maka yang bersangkutan akan terkena autis. Jika yang diserang adalah protein pengendali jaringan pertumbuhan (P53), maka pengendalian jaringan tak berfungsi, terjadilah kanker.
Dan, ketika yang terkena radikal bebas adalah virus, maka virus itu menjadi lebih ganas karena mengalami mutasi genetik.
Di antara radikal bebas itu, Mercuri (Hg) tergolong yang paling berbahaya. Hg dapat dengan mudah memproduksi elektron ke dalam bentuk yang sangat reaktif. Kelebihan Hg radikal bebas akan menyebabkan kanker, autis, shizoprenia, dan berbagai penyakit kelainan genetik.

Menurut Yoshiaki Omura, peneliti dari Jepang, semua sel kanker mengandung Hg di dalamnya.
Dengan latar belakang seperti itu, maka untuk terapi kanker dan penyakit lainnya adalah menetralkan radikal bebas di dalam tubuh manusia, atau mengeluarkannya dengan detoksifikasi.

”Pada prinsipnya, terapi balur, memasukkan asap divine kretek serta asam amino adalah juga detoksifikasi,” kata dr Saraswati.
Asam amino berfungsi melarutkan zat radikal bebas dan membuatnya floating. Sedangkan terapi balur membuat radikal bebas yang floating itu keluar dari tubuh manusia.
Dalam praktik, pembaluran dilakukan di atas lempeng tembaga, karena pada prinsipnya radikal bebas mengandung muatan listrik. Maka, dengan tidur di lempeng tembaga (Cu) yang dibumikan (grounding), proses pengeluaran radikal bebas itu lebih  mudah.

”Zat-zat radikal bebas yang keluar dari tubuh itu akan tampak bercak-bercaknya di lempeng tembaga,” kata Saraswati.
Sejak metoda ini dikembangkan awal tahun 2000-an hingga saat ini, ribuan orang sudah mencobanya untuk berbagai kondisi sakit. Mereka bukan pasien, melainkan relawan, karena mereka merupakan bagian dari penembangan penelitian .
Saat ini Griya Balur tidak hanya di Jakarta, melainkan juga di Malang, Jogja dan juga Semarang yang baru dibuka Juli 2011 lalu. Tidak lama lagi, di Kudus juga akan dibuka. (Anto Prabowo -43)








TEKNOLOGI NANO PADA ROKOK HERBAL

Terapi Divine Kretek untuk Kanker (2-Habis)


Mungkinkah Penemunya Mendapatkan Nobel?

”PENEMUAN larutan divine merupakan mahakarya dalam ilmu pengetahuan yang bisa menjadi tonggak peningkatan kesehatan berdasarkan kearifan lokal,” kata Guru Besar Bagian Patologi Anatomi FK Undip, Prof Dr Sarjadi SpPA (K) dalam keterangan pers yang dikirim ke berbagai media, Juni lalu.
Larutan divine yang ditemukan oleh Dr Greta Zahar itu dikembangkan bersama Prof Sutiman dengan perspektif nanobiologi. Jika dioleskan ke rokok lalu rokoknya dibakar, asapnya bisa mengatasi penyakit kanker, autis, serta meningkatkan secara optimal kondisi sehat manusia.
Tidak hanya untuk manusia, partikel asap divine kretek ini, dalam penelitian yang sudah dilakukan dan masih terus dikembangkan, juga mampu meningkatkan hasil dan kualitas tanaman-tanaman kedelai, anggrek, serta padi. Tanaman-tanaman itu juga tahan terhadap hama penyakit tanaman.
Menurut Sarjadi, Indonesia kaya berbagai macam tanaman yang berpotensi tinggi masuk ke lingkup pengobatan modern, di antaranya daun tembakau. Namun, diakuinya, riset komprehensif terhadap manfaat daun tembakau terlihat stagnan, akibat citra negatif terhadap daun tembakau sebagai penyebab sakit dan kematian.
”Citra itu terbentuk karena gencarnya pemberitaan tentang bahaya merokok. Sebaliknya tidak ada penelitian atau tulisan ilmiah yang memberitakan bahwa daun tembakau bermanfaat untuk kesehatan, sampai akhirnya muncul temuan divine kretek oleh Dr Greta ini,” kata Sarjadi.
Mungkinkah Dr Greta yang menemukan  larutan divine dan metoda penyembuhan penyakit dengan perspektif radikal bebas sebagai sumber utamanya, bisa memperoleh Nobel di bidang sains?
Pertanyaan itu sempat muncul dalam bincang-bincang Suara Merdeka dengan Prof Sutiman dan dr Saraswati beberapa waktu lalu. Ahli biologi molekuler itu dengan tenang mengatakan, hal itu bukan mustahil, karena temuan yang dihasilkan Greta tergolong luar biasa.
”Tapi kita tahu tidak mudah mendapatkannya. Belum ada orang Asia yang mendapatkan Nobel di bidang sains, baru di bidang perdamaian dan sastra. Jalan yang harus ditempuh untuk Nobel panjang sekali. Antara lain, temuan-temuan ini bisa masuk dalam publikasi internasional. Tidak mudah menembus sindikasi yang dikuasai orang-orang Amerika dan Eropa,” katanya.
Nobel penting, kata Prof Sutiman. Tetapi yang lebih penting adalah mengungkapkan latar belakang sains di balik berbagai obat-obatan dan pengobatan tradisional yang turun temurun  dilakukan masyarakat, misalnya jamu.
”Kami memulai dengan riset di kretek, yang merupakan salah satu temuan dan aset penting dari bangsa kita. Senang sekali jika kemudian juga bisa mengungkap lainnya.î
Terapi dengan asap (rokok) kretek ini memang kontroversial. Pastilah banyak ”musuh”-nya, karena selama ini rokok dicitrakan sebagai sumber penyakit. Tetapi semuanya bisa dijelaskan secara saintis.
Pendekatan sains medis modern memang cenderung reduksionistis. Banyak simplifikasi dan asumsi yang menyertainya. Termasuk ketika melihat rokok, yang dianggap sangat berbahaya karena punya kandungan nikotin dan tar yang bersifat karsinogen (pemicu kanker).
Dengan cara pandang ini, kretek dinilai lebih berbahaya dibanding rokok filter, lalu kretek filter lebih berbahaya dibanding rokok putih.
Faktanya, menurut Sutiman, ada 11.000 zat di dalam rokok yang saling terikat dan saling menetralisir. Memang, kalau nikotin dan tar itu berdiri sendiri, mereka bersifat karsinogen, sama seperti asap kendaraan bermotor atau asap bakaran sate. Tetapi jika terikat dengan lainnya, mereka menjadi netral.
Alumnus Universitas Nagoya Jepang itu menganalogikan, setiap inci persegi kulit manusia mengadung 32 juta bakteri. Tentu mengerikan jika membayangkan seluruh bakteri ini bisa menjadi sumber penyakit. Faktanya, sebagian besar jasad-jasad renik itu justru penting untuk daya tahan hidup kita.
Fisika Kuantum
Perkembangan sains yang radikal telah menghadirkan fisika kuantum. Jika dengan fisika Newton, kita hanya mengenal komponen atom-atom yang besar, yang tunduk pada hukum gravitasi, maka dengan fisika kuantum kita dituntun untuk melihat unsur-unsur supermikro, yaitu nano.
Dalam dua dimensi, nanometer seukuran dengan sepersemilyar meter atau sepuluh pangkat minus sembilan meter. Mikroskop elektron termodern hanya bisa melihat ukuran 100 nanometer. ”Ukuran nano hanya bisa diimajinasikan. Misalnya DNA,” katanya.
Dengan pendekatan fisika kuantum ini, lanjut Sutiman, kita bisa melihat bahwa asap rokok adalah kumpulan partikel-partikel, ada yang besar dan punya potensi karsinogen jika tak terikat komponen lain, ada juga yang sangat renik yang ternyata sangat bermanfaat bagi kehidupan.
Dengan cara pandang fisika kuantum itu sangatlah mungkin dihasilkan divine kretek yang bermanfaat bagi kehidupan. Pada prinsipnya divine kretek adalah konversi dari kretek biasa menjadi asap divine yang mengandung struktur nano yang kompleks yang dapat memasok elektron dalam ukuran mililevel volt.
”Dalam ukuran nano, yang terjadi adalah medan gaya listrik. Asap divine bisa berfungsi suplai energi, sekaligus menangkap radikal bebas Hg yang menjadi sumber penyakit,” kata Sutiman. Sutiman, yang bukan perokok, saat ini pun turut mengisap divine rokok, sama seperti istrinya yang menjadikan divine rokok bagian dari terapinya.
”Asap divine rokok mensuplai energi lebih efisien dibanding makanan,” tuturnya. (Anto Prabowo-43)